-->
Bab I
Pendahuluan
Pada saat ini, perkembangan teknologi digital telah
berkembang secara pesat di berbagai bidang. Tidak bisa dipungkiri lagi, profesi
arsitek telah terpengaruh dan mengalami perkembangan secara progresif dalam
mempergunakan teknologi digital untuk membantu proses desain arsitektur hingga
ke tahap pembangunan. Lebih jauh lagi, penggunaan teknologi digital telah
memungkinkan arsitek untuk melakukan innovasi desain arsitektur yang kompleks
ditinjau dari segi bentuk, struktur, fungsi, material dan lingkungan.
Bab II
Peran teknologi digital dalam arsitektur – model 3d
digital
Arsitek sebagai desainer lingkungan binaan tentunya
merupakan profesi yang harus mempertimbangkan desain arsitektur dari
aspek-aspek kompleks seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Penggunaan
teknologi digital secara umum di Indonesia saat ini masi populer sebatas
visualisasi model 3d virtual/digital. Dengan keterbatasan yang ada, potensi
penggunaan teknologi digital dalam bidang arsitektur masih belum sepenuhnya
teraplikasikan. Menurut Szalapaj (2005) beberapa peran dari penggunan
teknologi digital dalam bidang arsitektur adalah sebagai berikut :
·
Sebagai alat bantu merepresentasikan desain arsitektur
·
Sebagai alat bantu simulasi
·
Sebagai alat bantu evaluasi
·
Sebagai jembatan antara proses perancangan ke tahap
konstruksi
·
Sebagai penerjemah informasi digital ke dalam proses
manufacturing/pembangunan
Mengacu dari perannya di atas, maka analisa,
eksplorasi, simulasi dan applikasi desain arsitektur dapat dilakukan oleh
desainer pada tahapan proses desain arsitektur, dari mulai desain konseptual
hingga proses konstruksi. Di mana gubahan desain arsitektur tersebut
termanifestasikan dalam gubahan geometri berupa 3 dimensi model digital pada ruang
virtual.
Model 3d digital sebagai alat bantu merepresentasikan desain arsitektur
Computer aided design (CAD)/Computer-aided
architectural design (CAAD) adalah salah satu bentuk applikasi teknologi
computer untuk merancang objek virtual. Brown dan Marteens (2005) menjelaskan
bahwa CAD/CAAD dapat berupa gubahan geometry 2 dimensi (vector drawing)
maupun 3 dimensi (solid dan surface) dimana gubahan geometrik tersebut tidak
hanya sebuah bentuk tetapi juga mengandung informasi lain seperti proses,
dimensi dan material yang mengacu pada suatu konvensi tertentu.
Salah satu keuntungan dari penggunaan CAD dalam
merepresentasikan desain arsitektur adalah terangkumnya informasi desain
arsitektur dalam bentuk model 3 dimensi digital yang mencakup sketsa konvensional
dan model fisik (maket) dalam satu paket lingkungan virtual/digital.
Di samping itu beberapa aspek desain seperti struktur,
material, dimensi dan properti lainnya dapat diintegrasikan ke dalam pembuatan
real time bentuk model 3d digital secara parametrik. Hal ini memberikan
kemudahan bagi arsitek dalam membangun geometri dari desain arsitekturnya
melalui parameter yang dijadikan input ke dalam applikasi CAD. Sehingga bentuk
geometri dapat diubah tanpa harus mengulang proses pembuatannya, melainkan
dengan hanya memberikan input yang berbeda kepada parameter dasar yang
membangun geometri tersebut.
Perancangan parametrik
dikembangkan lebih lanjut untuk membantu para arsitek dalam
mengembangkan/mencapai eksplorasi dan aplikasi dari bentuk-bentuk geometri yang
kompleks. Salah satu proses desain yang muncul dari aplikasi CAD
parametrik ini di antaranya, metoda generative design/generative algorithm yang
akan dibahas lebih dalam pada bagian selanjutnya.
Lanjutan Model 3d digital sebagai
alat bantu simulasi, analisa dan evaluasi
Sebagai lanjutan dari applikasi
model 3d digital dalam memenuhi kebutuhan simulasi, analisa dan evaluasi,
arsitek dapat mempergunakan applikasi Finite Element Methods (FEM) atau Finite
Element Analysis (FEA). Applikasi FEM/FEA adalah suatu teknik numerik yang
membantu mengevaluasi menganalisa persamaan matematik dari sebuah perilaku
kompleks dari suatu geometri (seperti kelenturan, kekakuan, tekananan, fluida)
yang memberikan output berupa angka atau visualisasi perilaku tersebut dengan
indikator tertentu (seperti warna, garis dst)1 .
FEM/FEA memungkinkan para arsitek untuk melakukan
simulasi pada desainnya dengan maksud mencapai desain yang efektif, efisien dan
optimal sebelum desain diimplementasikan dalam gubahan real atau proses
manufaktur dengan menghasilkan virtual prototype.
Lanjutan Model 3d digital sebagai jembatan proses perancangan ke tahap konstruksi dan penerjemah informasi digital untuk proses manufaktur/pembangunan
Pada tahap lanjutan dari applikasi model 3d digital
menuju tahap konstruksi dan manufaktur, arsitek dapat mempergunakan aplikasi
Computer-aided Manufacture (CAM). Applikasi ini bertujuan untuk mencapai
efisiensi dan efektifitas dalam proses produksi dari komponen-komponen desain
dengan tingkat kepresisian dari dimensi dan kosistensi material. Applikasi CAM
ini dapat dirasakan manfaatnya secara signifikan dalam penggunaan
material-material fabrikasi.
Secara umum, piranti lunak CAD
telah mengakomodir kebutuhan akan applikasi CAM melalui tersedianya output
tipe file seperti stereolithogtaphy (STL) dan Initial Graphics Exchange
Specifications (IGES). Kedua format file tersebut menerjemahkan geometri dari
desain ke dalam mesin cetak/prototype/CNC sehingga mesin tersebut dapat
mencetak permukaan terluar geometri2.
Eksplorasi, simulasi dan analisa geometri dalam proses desain arsitektur melalui metoda Generative Algorithm
Seperti kita ketahui, para arsitek selalu berusaha untuk melakukan inovasi dan mengeksplorasi bentuk geometri untuk dapat diaplikasikan dalam desain arsitektur yang dirancangnya. Gubahan-gubahan geometri yang kompleks, seperti yang terlihat pada alam, sulit dilakukan secara manual. Untuk mencapai gubahan geometri yang kompleks tentunya perlu mempergunakan alat bantu, dalam hal ini CAD, yang dapat membantu arsitek untuk “melahirkan”, mengeksplorasi, menyimulasikan, menganalisa dan mengontrol elemen-elemen/komponen-komponen gubahan geometrik yang kompleks tersebut secara proporsional untuk diterapkan pada disain arsitektur3. Metoda Generative Algorithm dalam piranti CAD dapat menjadi salah satu metoda yang mengakomodir kebutuhan tersebut.
Menurut Khabazi (2009), pada Generative algorithm,
selain menggambar/membuat objek 3d digital, desainer dituntut untuk memahami
aspek-aspek dasar geometri (umumnya matematika geometri) yang akan
ditranslasikan ke dalam bentuk parameter angka atau persamaan matematik . Angka
dan persamaan matematik tersebut menjadi langkah-langkah atau satu set
aturan (algorithm) untuk membuat objek dalam ruang virtual. Satu objek yang
terbentuk dari algorithm ini selanjutnya akan menjadi input dasar atau bahkan
bentuk dasar yang dikenakan algorithm tersebut untuk menghasilkan bentuk
selanjutnya. Proses ini dikenal sebagai proses “algorithmic”. Sehingga
setiap komponen/bentuk yang ter-generate dari proses ini akan saling terhubung
satu sama lain dan parameter yang menjadi generatornya.
Pada titik di mana proses algorithmic tersebut sukses
membentuk gubahan geometri yang diharapkan, desainer dapat dengan mudah
mengkontrol komponen-komponen yang ada untuk melakukan modifikasi dengan
merubah parameter-parameternya. Sehingga proses eksplorasi, analisa,
simulasi dan evaluasi dapat berlanjut secara simultan.
Maka dapat dilihat perbedaannya, apabila arsitek
mempergunakan cara konvensional untuk mencapai gubahan geometri yang kompleks,
tentunya akan mengkonsumsi waktu yang lebih lama dan sumber daya yang lebih
banyak.
Kesimpulan
Perkembangan alat bantu berupa aplikasi CAD, FEM, CAM
dan penggunaan metoda Generative Design dalam proses desain arsitektur
bertujuan untuk membantu arsitek dalam mendapatkan solusi desain yang
terbaik. Aplikasi dan metoda tersebut membantu dapat berfungsi sebagai
katalis dalam proses desain arsitektur.
Daftar Pustaka
·
Architectural Design. (2008). “Versatility and
Vicissitude”. John Willey and Sons Ltd.
·
Hermawan, Dani (2008). Dokumentasi Kompetisi Taman BMW
Jakarta.
·
Hensel, Michael and Achim Menges (2008).
“Morpho-ecologies”. Architectural Association.
·
Khabazi, Mohammad (2009). Algorithmic Modelling with
Grasshopper.
·
Materns, Bob and Andre Brown (2005). Computer Aided
Architectural Design Future2005. Springer
·
Szalapaj, Peter (2005). Contemporary Architecture and
the Digital Design Process. Architectural Press.
·
Sang Min Park, Mahjoub Elnimeiri, David C. Sharpe,
Robert J. Krawczyk (2004) Tall Building Form Generation by Parametric Design
Process., Illinois Institute of Technology
·
Team 23 (2008). Dokumentasi Tim 23 untuk Kompetisi
Taman BMW Jakarta.
·
Terzidis, Kostas (2006). Algorithmic
Architecture.Architectural Press
Keterangan Kutipan
1. Architectural Design. (2008).
“Versatility and Vicissitude” p 20-23
2. Ibid
3. Khabazi, Mohammad (2009).
“Algorithmic Modelling with Grasshopper”
Keterangan Gambar
Keterangan ini dibuat berdasarkan urutan kemunculan gambar
dari atas hingga ke bawah
1. BMW Welt, München, Jerman (2008)
oleh Coop Himmelb(l)au
(http://rosemarycarres.wordpress.com/2009/08/30/touching-my-soft-velvet-skin/)
(http://rosemarycarres.wordpress.com/2009/08/30/touching-my-soft-velvet-skin/)
2. BMW Welt, München, Jerman (2008)
oleh Coop Himmelb(l)au
(http://www.core.form-ula.com/2007/12/06/bmw-welt/)
(http://www.core.form-ula.com/2007/12/06/bmw-welt/)
3. Visualisasi 3d digital BMW Welt,
München, Jerman (2008) oleh Coop Himmelb(l)au
(http://www.automotoportal.com/article/The_BMW_Welt_-_A_masterpiece_of_architecture)
(http://www.automotoportal.com/article/The_BMW_Welt_-_A_masterpiece_of_architecture)
4. 3d digital dari struktur BMW Welt
yang menyimulasikan konstruksi „double cone“ dan
„folding facade“ dengan bantuan aplikasi CAD
(“Versatility and Vicissitude”, Architectural Design, March 2008, hal. 22)
„folding facade“ dengan bantuan aplikasi CAD
(“Versatility and Vicissitude”, Architectural Design, March 2008, hal. 22)
5. Perilaku konstruksi yang
ditampilkan oleh aplikasi FEM/FEA atas simulasi
konstruksi „double cone“ dan „folding facade“ pada bangunan BMW Welt
(“Versatility and Vicissitude”, Architectural Design, March 2008, hal. 22)
konstruksi „double cone“ dan „folding facade“ pada bangunan BMW Welt
(“Versatility and Vicissitude”, Architectural Design, March 2008, hal. 22)
6. 3d digital dari struktur BMW Welt
yang menyimulasikan konstruksi „double cone“ dan
„folding facade“ dengan bantuan aplikasi CAD
(“Versatility and Vicissitude”, Architectural Design, March 2008, hal. 22)
„folding facade“ dengan bantuan aplikasi CAD
(“Versatility and Vicissitude”, Architectural Design, March 2008, hal. 22)
7. Proses konstruksi „double cone“
dan „folding facade“ pada bangunan
BMW Welt, München, Jerman (2008) oleh Coop Himmelb(l)au
(“Versatility and Vicissitude”, Architectural Design, March 2008, hal. 20)
BMW Welt, München, Jerman (2008) oleh Coop Himmelb(l)au
(“Versatility and Vicissitude”, Architectural Design, March 2008, hal. 20)
8. Contoh eksplorasi bentuk geometri
yang diambil dari sosok “pecahan balon air”. Sosok yang terlihat dalam
rekaman proses tersebut menjadi konsep bentuk fasad bangunan stadion utama Kompetisi taman BMW, Jakarta.
Sumber video: http://www.youtube.com/watch?v=TdMIsCF_7p0.
(Dokumentasi Team 23: Dani H, Anindhita S, Masrul, Zulkifli, Nicko. Agustus 2008)
rekaman proses tersebut menjadi konsep bentuk fasad bangunan stadion utama Kompetisi taman BMW, Jakarta.
Sumber video: http://www.youtube.com/watch?v=TdMIsCF_7p0.
(Dokumentasi Team 23: Dani H, Anindhita S, Masrul, Zulkifli, Nicko. Agustus 2008)
9. Proses penerjemahan sosok
“pecahan balon air” ke dalam algoritma/rangkaian langkah secara parametrik
mempergunakan alat bantu perancangan generative pada piranti luank Rhino Ceros
(Dokumentasi Team 23: Dani H, Anindhita S, Masrul, Zulkifli, Nicko. Agustus 2008)
mempergunakan alat bantu perancangan generative pada piranti luank Rhino Ceros
(Dokumentasi Team 23: Dani H, Anindhita S, Masrul, Zulkifli, Nicko. Agustus 2008)
10. Tampilan parametrik Grasshopper
(alat bantu perancangan generatif) yang terintegrasi
dengan piranti lunak Rhino Ceros 4.0. Melalui GUI (Graphic User Interface) parametrik ini,
pengguna dapat mengubah/memofikasi gubahan geometri dengan merubah parameter yang ada.
(Dokumentasi Dani H untuk 23 Kompetisi Taman BMW, 2008)
dengan piranti lunak Rhino Ceros 4.0. Melalui GUI (Graphic User Interface) parametrik ini,
pengguna dapat mengubah/memofikasi gubahan geometri dengan merubah parameter yang ada.
(Dokumentasi Dani H untuk 23 Kompetisi Taman BMW, 2008)
11. Rancangan algoritma pen-generate
geometri fasad stadion secara keseluruhan.
(Dokumentasi Dani H team 23 Kompetisi Taman BMW, 2008)
(Dokumentasi Dani H team 23 Kompetisi Taman BMW, 2008)
12. Visualisasi model 3d digital
rancangan geometri fasad stadion sepak bola taman BMW.
Geometri bentuk fasad merupakan hasil dari penggunaan metoda „generative design“.
(Dokumentasi team 23 Kompetisi Taman BMW, 2008)
Geometri bentuk fasad merupakan hasil dari penggunaan metoda „generative design“.
(Dokumentasi team 23 Kompetisi Taman BMW, 2008)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar