mata
kuliah Proses Produksi with Dr.Eng.Ir. RUDI SUHRADI RACHMAT, M.Eng
Connecting Rod merupakan suatu
komponen penting dalam sebuah mesin yang berfungsi sebagai penerus daya dari
piston ke poros engkol dan bekerja pada suhu tinggi dalam ruang bakar. Ditinjau
dari kondisi system kerja yang demikian maka pemilihan material dan proses
pembentukan dalam proses produksi connecting rod sangatlah penting, dimana
material harus dapat memenuhi syarat-syarat diantaranya : tahan terhadap suhu
tinggi, kekuatan tahan aus dimana proses pembentukan yang dipilih adalah proses
penempaan. Penulisan tugas akhir ini bertujuan untuk merancang proses produksi
connecting rod dengan proses forging. Pada proses produksi ini ada beberapa hal
yang direncanakan antara lain menentukan volume dan berat benda kerja,
perhitungan gaya yang terjadi dan daya yang bekerja pada setiap tahapan proses
penempaan dan menentukan dimensi dan toleransi pada proses pemesinan. Bahan
yang akan digunakan pada proses produksi connecting rod adalah baja dengan
standart SAE 4140 yang mempunyai kekuatan tarik δ = 100 Kg/mm?, serta
mengandung unsure paduan antara lain : Carbon = ( 0,38 ? 0,43%), Mangan (0,75 ?
1,0%), Phosfor (<0,040%), Sulphur (<0,040%), Silikon (0,20 ? 0,35%),
Chromium (0,80 ? 1,10%). Proses produksi connecting rod dengan metalurgi serbuk
ini menggunakan penempaan yang dilakukan secara umum adalah melalui tahap
edging, blocking, finishing, pada tahap ini terjadi pembentuksn sirip sepanjang
sisi connecting rod. Setelah proses penempaan selesai maka akan dilakukan
proses pemotongan sirip dengan proses trimming dan dilanjutkan dengan proses
pemesinan yaitu milling dan drilling.
proses pembuatan connecting rod
FORGED CONNECTING ROD ( STANG PISTON
TEMPA )
Proses pembentukan connecting rod
dengan cara pemukulan / penekanan termasuk jenis closed die forging. Peralatan
yang digunakan yaitu ; Drop Hammer, Hidraulic, dansekrup penekan.
Prosesnya Closed-die forging dengan
flash.
Tahapan dalam proses pembuatan
Forged Connecting Rod efinisinya :
Bahan awal tempa dibuat dari
densifikasi bahan dasar yang dipanaskan secara terus-menerus dengan proses
sekali pukul. Sehingga strukturnya sangat padat dan sesuai untuk pemakaian yang
tinggi dimana daya tahan yang tinggi dan kekuatan diperlukan.
Langkah awal dari proses ini yaitu
untuk menyeragamkan bentuk dari bahan tempa menyerupai bentuk akhir. Kemudian
dipanaskan di dalam dapur yang terkontrol. Kebanyakan dalam produksi otomatis,
bahan dipanaskan kemudian dilanjutkan dengan proses penempaan pada cetakan agar
menghasilkan bentuk struktur yang padat.
Bahan dikontrol secara intensif agar mengisi cetakan secara penuh dan meminimalisasi material yang terbuang (flash) yang biasanya terjadi pada penempaan umum.
Hemat energi adalah keuntungan dari proses tempa yang langsung diikuti dengan proses pemanasan, mengurangi pemanasan kembali.
Bahan dikontrol secara intensif agar mengisi cetakan secara penuh dan meminimalisasi material yang terbuang (flash) yang biasanya terjadi pada penempaan umum.
Hemat energi adalah keuntungan dari proses tempa yang langsung diikuti dengan proses pemanasan, mengurangi pemanasan kembali.
1. Bahan
Connecting rod berawal dari batangan alloy steel sepanjang 2m. Alasan digunakannya bahan alloy steel adalah lebih kuat, tahan karat dan mudah dalam proses pemotongan.Kemudian batangan dipotong menjadi batangan- batangan kecil.
Connecting rod berawal dari batangan alloy steel sepanjang 2m. Alasan digunakannya bahan alloy steel adalah lebih kuat, tahan karat dan mudah dalam proses pemotongan.Kemudian batangan dipotong menjadi batangan- batangan kecil.
2. Proses forging
Penekan dan cetakan dipanaskan, sementara bahan (billet) dipanaskan didalam oven, Temperatur pemanasan sama dengan temperatur penekan dan cetakan yaitu sekitar 11000C – 12500C. Kemudian bahan alloy steel (billet) dikeluarkan dari oven dan diletakkan di atas penekan. Proses penekanan dilakukan dengan besar tekanan 2000 ton sehingga membentuk bentuk dasar dari connecting rod.
Penekan dan cetakan dipanaskan, sementara bahan (billet) dipanaskan didalam oven, Temperatur pemanasan sama dengan temperatur penekan dan cetakan yaitu sekitar 11000C – 12500C. Kemudian bahan alloy steel (billet) dikeluarkan dari oven dan diletakkan di atas penekan. Proses penekanan dilakukan dengan besar tekanan 2000 ton sehingga membentuk bentuk dasar dari connecting rod.
3. Oven
Setelah proses pendinginan, connecting rod dimasukkan kedalam oven lagi sebanyak dua kali. Proses yang pertama bertujuan untuk memperkuat logam dengan temperatur yangtinggi. Proses yang kedua dilakukan untuk menstabilkan logam dengan temperature rendah.
Setelah proses pendinginan, connecting rod dimasukkan kedalam oven lagi sebanyak dua kali. Proses yang pertama bertujuan untuk memperkuat logam dengan temperatur yangtinggi. Proses yang kedua dilakukan untuk menstabilkan logam dengan temperature rendah.
4. Proses pembubutan
Kemudian digunakan mesin bubut untuk memotong kelebihan ukuran dari bentuk dasar dari connecting rod. Menjadikannya lebih dekat ke ukuran akhir proses.
Kemudian digunakan mesin bubut untuk memotong kelebihan ukuran dari bentuk dasar dari connecting rod. Menjadikannya lebih dekat ke ukuran akhir proses.
5. Proses Milling
Mesin milling digunakan untuk mengurangi sampai beberapa mm pada setiap sisi dari connecting rod. Ini bertujuan untuk mengurangi berat keseluruhan dari connecting rod itu sendiri. Proses milling lainnya mengurangi beberapa logam pada awal proses, menjadikan bentuknya satu tahap lebih dekat ke bentuk akhir.
Mesin milling digunakan untuk mengurangi sampai beberapa mm pada setiap sisi dari connecting rod. Ini bertujuan untuk mengurangi berat keseluruhan dari connecting rod itu sendiri. Proses milling lainnya mengurangi beberapa logam pada awal proses, menjadikan bentuknya satu tahap lebih dekat ke bentuk akhir.
6. Finishing
Proses finishing digunakan untuk memperhalus dan merapikan bentuk connecting rod,bertujuan agar bentuk presisi saat digunakan. Kemudian mesin menuliskan model dan informasi produk. Kemudian seorang pekerja memperhalus sudut-sudut tajam dari connecting rod yang terbentuk selama proses pembuatan. Lubang yang ada kemudian dihaluskan dengan sebuah mesin agar connecting rod lebih presisi. Akhirnya, connecting rod di semprot panas,deionisasi air, menghilangkan pelumas yang tersisa atau oli yang tertinggal pada saat proses pembuatan. Setelah kering, connecting rod siap digunakan.
Proses finishing digunakan untuk memperhalus dan merapikan bentuk connecting rod,bertujuan agar bentuk presisi saat digunakan. Kemudian mesin menuliskan model dan informasi produk. Kemudian seorang pekerja memperhalus sudut-sudut tajam dari connecting rod yang terbentuk selama proses pembuatan. Lubang yang ada kemudian dihaluskan dengan sebuah mesin agar connecting rod lebih presisi. Akhirnya, connecting rod di semprot panas,deionisasi air, menghilangkan pelumas yang tersisa atau oli yang tertinggal pada saat proses pembuatan. Setelah kering, connecting rod siap digunakan.
Terima kasih banyak atas Informasinya, Bapak.
BalasHapusInformasinya sangat detail....
BalasHapusTerima kasih...
Bagus
BalasHapusBagus sekali
BalasHapus